Banjar siapkan seratus agen perubahan inovasi pengelolaan sampah

  • Whatsapp

MARTAPURA, Kabupaten Banjar siap untuk melakukan perubahan besar dalam pengelolaan sampah yang diproduksi warga. Sampah yang selama ini merupakan masalah, akan diubah menjadi sebuah potensi dan berdayaguna, melalui inovasi dan pengelolaan lebih baik secara mandiri oleh masyarakat.

GUNA mewujudkan hal tersebut, sebanyak seratus orang dari berbagai kelompok, pejuang dan praktisi yang konsen pada kelestarian lingkungan dan Banjar Bersih, baik dari desa maupun instansi terkait, dilatih untuk menjadi agen perubahan dan membuat sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah di daerahnya masing-masing.

banner 300600

Sosialisasi yang diselenggarakan oleh Kemenko PMK bekerjasama dengan Bappedalitbang Kabupaten Banjar, yakni tentang model inovasi pengelolaan sampah melalui penguatan ecoliteracy menuju perilaku hijau, dibuka oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Banjar HM. Rusdi, di Hotel Aston Banua, Jumat (27/11/2020).

Turut hadir, Kepala Bappedalitbang Kabupaten Banjar, Galuh Tantri Narindrayang juga sebagai ketua pelaksana sosialisasi, selain itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup H. Boyne W Tristiyanto sebagai salah seorang nara sumber serta sejumlah pejabat dari SKPD di Kabupaten Banjar.

Membacakan sambutan Bupati Banjar H Khalilurrahman, HM. Rusdi menyampaikan agar para peserta bisa menjadi agen perubahan dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Banjar.

“Kita berkeinginan agar pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan di daerah kita bisa lebih baik, untuk itu perlu peran serta masyarakat,” ujarnya.

Pada pemaparan materi dan diskusi yang dimoderatori oleh mantan Sekda Banjar, H Nasrunsyah para peserta banyak mendapat arahan serta mendengar pengalaman langsung dari praktisi pengelolaan sampah yang sukses di desanya masing.masing.

DR Iswanto salah satu pegiat pengelolaan sampah di Desa Sukunan Kabupaten Sleman Yogyakarta menceritakan bagaimana awal mula beliau menggerakkan warga di desanya untuk bjisa mengelola sampah.

“Pengelolaan sampah adalah bagaimana menggerakkan hati baik diri sendiri maupun masyarakat. Berani membbuat sampah harus berani mengelola sampah,” ujar dosen Poltekkes Yogyakarta ini.

Dikatakan, UU pengelolaan sampah sudah banyak dan sudah lama, bahkan turunannya juga banyak hingga peraturan daerah, kenapa sampah masih menjadi masalah.

Hal ini, karena masih lemahnya komitmen pada pengelolaan sampah, kebiasaan lama yang dianggap lumrah, padahal salah.
Dia bercerita bahwa pengurangan sampah di wilayahnya melalui 3R yakni, Reduce, mengurangi penggunaan bahan yang berpotensi merusak lingkungan, Reuse yakni mengggunakan kembali barang yang layak pakai, bisa diberikan ke orang lain dan Recycle, mendaur ulang sampah yang memang mesti dibuang, sehingga menjadi berdayaguna.

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Desa Sukunan, antara lain, sodaqoh sampah, bank sampah, TPS-3R serta aplikasi online yakni rakyat peduli lingkungan (Rapel) sebuah inovasi masyakarat bisa melaporkan di mana lokasi sampah, berapa jumlahnya, maka kelompok yang akan mendatangi dan mengangkutnya.

“Bahkan di struktur organisasi desa, secara khusus kami masukkan seksi pengelolaan sampah,” jelasnya.

Sementara Wahyudi Anggoro Hadi, Kepala Desa Panggungharjo Bantul Yogyakarta, bercerita tentang pengelolaan desa hingga bisa maju dan banyak meraih penghargaan baik dari nasional maupun internasional.

“Kami berupaya menjadikan desa kami menjadi desa yang bisa dibanggakan bagi warga kami. Alhamdulillah, walau tanpa potensi alam seperti daerah lain, kami bisa menjadikan Bumdes kami sebagai Bumdes terbaik dengan penghasilan Rp6,9 miliar setahun,” jelasnya.

Hasil tersebut tidak dari potensi alam namun dari potensi wisata masyarakat bernuansa tradisional, budaya.

Desa Panggungharjo merupakan salah satu desa tujuan wisata tradisional di Yogyakarta.
Selain itu juga desa memproduksi tamanu oils yang merupakan bahan untuk komestik dan bahan obat, serta membangun unit usaha pengelolaan sampah yang mengelola 56 m3 sampah yang dihasilkan warga dalam sebulan.

Asisten Deputi Revolusi Mental Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Alfredo Sani Fenat menyebutkan bahwa program revolusi mental salah satunya untuk mengubah mainset serta prilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Bagaimana masyarakat bisa malu jika membuang sampah sembarangan, bagaimana selanjutnya bisa mengelola sampah yang dihasilkan menjadi berdayaguna.

“Revolusi mental itu, meningkatkan integritas, etos kerja dan gotong-royong untuk Indonesia lebih baik,” imbuhnya.***

Pos terkait