komfirmasi.com – Satuan Gugus Tugas (Satgas) Penanggulangan Corona Virus Disease (Covid-19) Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel), tak terkecuali Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Banjar tengah gencar-gencarnya melakukan upaya pencegahan mewabahnya virus corona di Kabupaten Banjar.

Tak hanya itu, I Gusti Made Suryawati pun pada gelaran telekomferensi pers di Command Center Barokah Martapura pada, 31 Maret 2020 belum lama tadi memastikan, kendati semua pedagang di Pasar Tradisional Kabupaten Banjar mengeluhkan sepinya pembeli. Namun, seluruh pasar tradisional dipastikan tetap berjalan seperti biasanya.
“Kami bersama Kodim 1006 Martapura, dan satgas pangan sudah melakukan monitoring bahan kebutuhan pokok baik, melalui via telepon ataupun via WhatsApp kepada distributor, agen, serta Badan Urusan Logistik (Bulog), guna mengetahui bagaimana ketersediaan bahan pokok seperti, beras, gula, bawang merah, bawang putih, hingga minyak goreng dan lain sebagainya,” aku Made.
Berdasarkan hasil koordinasi tersebutlah papar Made lebih jauh, untuk ketersedian barang bahan kebutuhan pokok dipastikan aman hingga beberapa bulan ke depan.
“Terkecuali gula pasir, sudah agak menipis. Kelangkaan gula pasir hingga menyebabkan kelonjakan harga lantaran beberapa pemasok gula di Kabupaten Banjar masih belum panen. Kemungkinan gula baru akan panen pada Juni 2020 mendatang,” ujarnya.
Kendati, pemasok gula di Kabupaten Banjar belum mengantongi hasil panen. Namun, dikatakan Made, guna menjamin ketersediaan gula di Kabupaten Banjar, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar akan memasok gula dari luar apabila terjadi kelangkaan.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) guna memastikan ketersediaan gula dan bawang putih di Kabupaten Banjar,” ucapnya.
Ditempat yang sama, Kadis Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Banjar, M Fachry memaparkan, untuk ketersediaan bahan pangan pokok, khususnya beras dipastikan hingga April 2020 mendatang masih panen dengan luasan tanam sekitar 14.000 Hektare.
“Di tingkat petani, gabah melimpah. Penggilingan pun sudah membeli gabah petani. Harga gabah yang sebelumnya Rp55.000 perkaleng, saat ini turun menjadi Rp45.000 perkaleng,” jelasnya.
Fachry pun menambahkan, perubahan tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendagri) Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah atau Beras.
“Harga gabah kering panen ditingkat petani awalnya Rp3.700 perkilogramnya dinaikan menjadi Rp4.250. Petani pun berharap, uang tunai untuk biaya tanam padi tahap dua dengan bibit lokal sampai Mei 2020 mendatang diharga Rp55.000 perkaleng, dengan berat 10-12 Kilogram,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Fachry lebih jauh, terjadinya benacana nonalam yakni, mewabahnya covid-19 di Indonesia berdampak positif terhadap harga jahe merah yang semula berkisar diharga Rp40.000-Rp60.000 perkilogram melonjak menjadi Rp120.000 perkilogram.
“Kenaikan harga jahe merah karena meningkatnya konsumsi sebagai bahan herbal ketahanan fisik. Bermula ekspor ke Kalimantan Timur (Kaltim) 6 ton perminggu, sekarang 8 ton perminggu untuk diekspor,” katanya.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan harga dikalangan petani mawar, melati dan perangkai bunga. Mengingat, setiap kawasan distinasi wisata relegi ditutup dan sepi penziarah.
“Harganya turun drastis, permintaan pun hampir tak ada. Semula harga minimal melati Rp10.000 pergelas, sekarang Rp5.000 pergelas. Begitupun diperangkat bunga, biasanya setangkai bunga Rp500, sekarang hanya seharga Rp50 pertangkainya,” bebernya.(tim/kom)